Sebut saja namaku Jack, usiaku kini 25 tahun. Aku adalah putra seorang
pengusaha Indonesia yang keadaan ekonominya cukup berada sehingga, tidak
seperti orang kebanyakan, aku cukup beruntung untuk bisa berkesempatan
mengenyam pendidikan tinggi di luar negeri. Kini kuliahku telah selesai
dan aku memutuskan untuk kembali ke tanah air.
Ok, kita skip saja basa-basinya. Cerita ini berawal ketika aku menjalin
kasih dengan seorang cewek Indonesia, panggil saja Ine yang kebetulan
dulu kuliah ditempat yang sama denganku. Wait a minute, mendengar hal
ini mungkin ada yang bertanya-tanya, kok nggak sekalian cari jodoh orang
bule saja? Sekalian perbaikan keturunan. Hehehe.. yup anda tidak salah
baca, its HEHEHE, aku hanya tertawa saja kalau mendengar perkataan
semacam itu, karena soal cinta kan memang tidak bisa diatur. Lagipula
kedua orangtuaku memang menginginkan putra tunggal mereka ini kelak
berjodoh dengan sesama orang Indonesia saja, biar pure Indonesia
katanya. Eits, bukan berarti aku dijodohkan lho, memang kebetulan
ketemunya (dan sregnya) sama wanita asli Indonesia. Lagian, orang
Indonesia kan nggak jelek-jelek amat, jadi mengapa keturunannya harus
diperbaiki segala? Not to mention nggak ada montir di dunia ini yang
bisa memperbaiki keturunan manusia, ya kan? Anyways, ini cuma pendapatku
saja, so buat yang nggak setuju ya bebas-bebas saja, ok! Peace!
Hehehe.. O ya, Ine berwajah sangat cute (menurutku, lagipula kecantikan
itu relatif, tul ngga?), tingginya 165cm dengan ukuran payudara 34c.
Singkat cerita, aku dan Ine sudah bertunangan dan kurang lebih dua bulan
lagi akan segera memasuki jenjang hubungan yang paling serius untuk
mengikat janji suci dihadapan Tuhan dan kemudian menuju perkelaminan,
eh... pelaminan. Nah, karena hubungan kami berdua sudah sangat serius
dan kalau tidak ada aral melintang, batu menghadang dan badai menerjang,
aku dan Ine sudah dipastikan akan menikah. Bicara soal angka dan
peluang, kemungkinan kami akan menikah adalah 99,9 persen. Yang 0,1
persen sisanya hanya akan terjadi kalau tiba-tiba dihari pernikahanku
nanti muncul seorang wanita hamil yang menuntut pertanggungjawaban
dariku untuk menikahinya, which is impossible karena aku memang belum
pernah bercinta dengan seorang wanitapun, termasuk si Ine. Karena itu,
aku jadi ngebet sekali untuk bisa cepat-cepat melepas keperjakaanku ini
dan ingin segera bercinta dengan kekasihku yang ayu itu karena toh kami
sudah hampir menikah. Aku sudah membicarakan hal ini dengan Ine dan kami
terlibat dalam perdebatan kecil, isinya soal aku yang tidak sabaran dan
ini-itu. (Lagi-lagi) Singkat cerita, aku agaknya telah berhasil
meyakinkan si Ine untuk berhubungan badan sebelum tanggal pernikahan
tiba, aku berargumen jika kami berdua melakukannya setelah menikah,
nanti akan sama dengan orang-orang lainnya, lagipula kami akan tahu
bagaimana sensasinya jika melakukannya sebelum waktunya dan nantinya
bisa dibandingkan lagi ketika melakukannya setelah menikah. Terdengar
gila, tapi karena berhasil membujuknya, itu semua menjadi tidak masalah.
Kami berdua memutuskan untuk melakukannya besok sore di sebuah hotel di
daerah Jakarta Selatan. Wah, membayangkan apa yang akan terjadi esok,
aku jadi tidak sabar dan tidak bisa tidur, walaupun setelah dikocok jadi
bisa tidur, hehehe. Keesokan harinya, aku menjemput Ine yang sudah
mendapat ijin dari ortunya untuk ngedate denganku. Ya iyalah, kalo
ijinnya ke ortu mau ML di hotel, mana mungkin dikasih. Kemudian, kami
segera meluncur menuju hotel MXXXXXXX dan langsung check in. Supaya
tidak dicurigai, aku check in sendiri, beberapa menit kemudian barulah
si Ine menyusul menuju kamar hotel yang sudah kupesan sebelumnya setelah
kukabari via sms.
Di dalam kamar hotel, jantungku dagdigdug tidak karuan karena belum
pernah melakukan hal ini sebelumnya. Untuk mencairkan ketegangan, kami
berdua duduk2 terlebih dahulu sembari mengobrol ngalor ngidul. Lumayan
lama juga, kira-kira lebih dari setengah jam kami ngobrol. Baru setelah
itu, aku memulai 'gerilya' dengan duduk semakin merapat dan merangkul
pundaknya. Aku berbisik I love you ditelinganya agar dia rileks.
Kemudian kami saling berpandangan, dan entah siapa yang memulai, kami
mulai berciuman. Bibir mungilnya kulumat dan kuhisap-hisap. Perlahan,
aku memasukkan dan kemudian memainkan lidahku didalam mulutnya. Ine
tampak sangat menikmati hal ini, itu terlihat dari kedua matanya yang
dipejamkan dan ritme nafasnya yang mulai berubah. Posisi tangan kiriku
kupindahkan, dari yang semula merangkul erat pundak Ine berpindah ke
pinggangnya yang ramping. Sementara tangan kananku kugerakkan merayapi
punggung Ine, yang masih berbalut T-shirt ketat warna cokelat muda,
dengan gerakan pelahan menuju keatas kearah belakang lehernya yang
kemudian kubelai lembut. Hanya desahan perlahan yang terlontar dari
bibirnya. Mendapat 'sinyal' ok, aku melanjutkan aksiku dengan
menyusupkan tangan kiriku dibalik T-shirtnya. Perlahan, jemariku
menyentuh kulit perutnya yang kencang, lalu naik keatas lagi, dan lagi,
dan lagi, hingga sampai diatas gumpalan dadanya yang kenyal dan masih
terbungkus bra berenda. Kuremas pelan-pelan payudara sebelah kiri Ine
sambil terus berciuman dan tangan kananku kumasukkan dibalik T-shirtnya
sehingga menyentuh langsung punggungnya, dan tangan kananku terus
kugerakkan naik hingga menyentuh pengait bra si Ine yang kemudian tanpa
babibu langsung aku buka. Dalam sekejap, bra tersebut terjun bebas ke
lantai keramik hotel yang berwarna putih bersih, sehingga kini tanganku
bisa langsung menjamah payudaranya tanpa ada yang menghalangi. Dengan
jari telunjuk dan jempol tangan kiriku, kupilin-pilin puting payudara
kiri Ine yang kini mengeluarkan desahan-desahan karena bibirnya sudah
lepas dari ciumanku. "Nghhhh... Jack.. aa" Desah si Ine. Tanpa buang
waktu, segera kulucuti T-shirtnya sehingga pemandangan indah terpampang
didepan mataku yang setengah melotot, payudaranya Ine sekal dan montok
sekali dengan puting yang berwarna kemerahan. Juniorku yang tadi sudah
setengah mengeras kini semakin mengeras seolah hendak meronta untuk
keluar dari balik celana jeans dan juga celana dalamku.
Ine yang sudah setengah telanjang kurebahkan di atas sping bed. Lalu,
aku buka resleting rok jeansnya dan segera kulorot sehingga terlihat
celana dalamnya yang berwarna pink dan berenda, samar-samar terlihat
rambut kemaluannya karena lapisan celana dalam itu memang tidak terlalu
tebal. Tidak menunggu lama, segera kulepas celana dalam itu dan terlihat
pemandangan yang wow dihadapanku sehinga aku hampir-hampir tidak
berkedip dibuatnya. Tampak belahan vagina yang menggoda dengan dihiasi
bulu-bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat. Aku tidak tahan lagi,
segera kujamah vagina itu. Kusibakkan kedua bibirnya kesamping shingga
kelihatan bagian dalam vagina Ine yang berwarna merah muda. Tanpa
menunggu lama, aku langsung menusukkan lidahku kedalam liang itu,
kujilat-jilat dan kumainkan lidahku didalam. Nafas Ine semakin memburu,
"Aaah, Jack.. ka.. mu ngap.. pain, enghhh..!!" Tidak kuhiraukan desahan
itu dan aku terus saja menjilat-jilat vaginanya yang mulai dipenuhi
lendir tanda Ine sudah sangat terangsang. Kucabut lidahku dan sasaran
berikutnya adalah klitorisnya. Segera kukulum dan kuhisap klitorisnya
sembari terkadang kujilat-jilat permukaannya. Desahan Ine kian menjadi
dan tidak seberapa lama kemudian ia mencapai orgasme, "aaaach.. aahh!!"
dengan diiringi lenguhan panjang tubuhnya menggelinjang hebat dan cairan
kenikmatan mengalir deras keluar dari vaginanya. Aku langsung
menyeruput habis cairan itu. Kemudian aku beranjak berdiri, kulihat Ine
masih rebahan dengan mata setengah terpejam dan pandangan yang mupeng,
woow gile.. terlihat tambah cakep aja ni anak. Lalu aku melepas kaosku
dan celana jeansku, kemudian langsung kuterkam si Ine yang masih
terengah-engah. Tanpa ampun, langsung kuemut puting payudaranya yang
sebelah kanan, sambil tangan kiriku meremas dan memainkan payudara kiri
Ine. "Aaahh, mmmmhh, terus Jack... ohh!!" Desahnya. Aku semakin asyik
saja 'menyusu' di payudara yang montok tersebut. Aku sudah tidak tahan
lagi, ingin segera menikmati 'main course' alias 'hidangan utama' berupa
ML saus tiram, hmmm. Segera aku berdiri dan melepas kain terakhir yang
menutup tubuh telanjangku yaitu celana dalam warna biru tua merek BXXXX.
Begitu celana dalam itu terlepas, juniorku yang dari tadi tersiksa
langsung berdiri mengacung menghirup udara bebas. Tidak tampak ada
kepala penis karena memang punyaku uncut (belum disunat). Buat yang
seumuranku tentu tahu kalau dulu, waktu masih anak-anak, yang namanya
sunat tidak diharuskan (yang diharuskan hanya agama tertentu). Namun
belakangan dunia medis merekomendasikannya, tapi aku belum juga
memutuskan untuk melakukannya. Sebenarnya, Ine sudah kuberi tahu tentang
hal ini sekitar setengah tahun yang lalu ketika kami baru pulang ke
Indonesia dan kami berdua sedang memikirkan rencana pernikahan. Intinya
dia keberatan dengan kondisi tersebut dan memintaku untuk disunat saja.
Tapi, yah.. terus terang aku malu apalagi sekarang sudah di tanah air,
nanti apa kata dokternya kalau tahu sudah gede kok belum disunat, bla
bla bla, namun yang pasti aku akan lebih malu lagi kepada pasien lainnya
yang akan disunat. Dalam bayanganku, tentu semuanya masih anak-anak dan
pasti hanya aku sendiri yang paling tua.. aargh tidak! Aku tidak
sanggup melakukan itu, jadi ya akhinya aku membohonginya dan mengatakan
aku sudah disunat sekitar tiga bulan yang lalu. O ya, kembali lagi ke
'hidangan utama', aku berharap agar Ine tidak lagi keberatan dengan hal
ini. Apalagi dia sedang horny, dimana seharusnya akal sehat tidak
terlalu bermain, sehingga tanpa sadar dia akan mau ML denganku. Segera
aku merangsek ke arah Ine untuk lekas-lekas menancapkan pusakaku ini
kedalam liang vaginanya yang sudah basah itu. Tapi.. yang kutakutkan
terjadi, Ine menahan tubuhku dan mendorong perlahan sembari menutupi
tubuhnya dengan selimut. Sirna sudah wajah mupeng yang kulihat tadi
berganti ekspresi kecewa. "Jack! Aku kan sudah bilang dulu kalau aku
nggak mau melakukannya denganmu kalau kamu belum disunat, you have to be
circumcised first!" Teriaknya. Waduh, batinku, gimana kalo penghuni
kamar sebelah mendengar? Bakal ketahuan kalo aku belum sunat.. aaargh.
Tapi yang lebih dari itu, aku memang merasa bahwa aku sudah bersalah
kepada Ine. Juniorku pun tidak lagi tegang, namun mengendur dan semakin
mengendur.
"Tapi Ne, apa kamu nggak ngerti? Aku kan malu. Apalagi sunatnya di
Indonesia, the culture here is way different. Aku akan kelihatan aneh..
bahkan sangat aneh." Jawabku.
"Aku ngerti, aku bisa mengerti kalau kamu malu. Tapi... kamu sudah
bohong sama aku Jack." Kata Ine lirih, airmata mulai membasahi pipinya.
Waduh, aku benar-benar merasa sangat bersalah. Aku mencoba menghiburnya, namun kali ini menjadi lebih susah dari biasanya.
"Ok, aku akan maafin kamu, but you have to promise. Kamu akan bener-bener sunat kali ini!" Kata Ine.
"Baiklah, aku akan sunat, minggu depan, ok?" Jawabku.
"No! Sekarang, hari ini atau aku akan pikir-pikir lagi soal rencana pernikahan kita." Jawab Ine tegas.
Akhirnya aku mengiyakan permintaannya, daripada tidak jadi menikah. Wah,
jangan deh. Lebih baik menahan malu sebentar. Kami berdua kembali
berpakaian dan Ine kuminta untuk cuci muka agar tidak terlihat bawa dia
habis menangis. Kan gawat kalau ketahuan sama calon mertua.
"Kamu kan takut disunat, jadi aku akan menemani kamu." Kata Ine. Tapi
aku menampik tawarannya karena, dia tampak shock dan lelah. Jelas bahwa
dia perlu istirahat. Jadilah aku mengantarnya pulang. Ketika sampai di
depan rumahnya dia bertanya. "Tapi bagaimana aku tahu kalau kamu
bener-bener sunat hari ini?" Aku menjawab "besok kan bisa kamu lihat
sendiri, pasti akan ketahuan kalau aku bohong lagi." Ine menyetujuinya
dan aku pun berangkat sendiri mencari dokter yang melayani jasa
penyunatan.
Setelah berputar putar keliling kota. Akhirnya kutemukan juga tempat
praktek sunat. Hati-hati aku masuk kedalam dan, terjadilah yang
kutakutkan. Terlihat banyak anak kecil yang antre untuk disunat. Aargh..
tidaak. Rasa malu kembali mengalahkan logika. Sehingga aku pun ngacir
pergi dari tempat itu dan bertekad untuk mencari tempat lain saja. Namun
keadaan semakin sulit karena kulihat jam tanganku sudah menunjukkan
pukul 19.00. Waduh, bisa batal ini, dan Ine pasti marah lagi padaku
besok, kenapa tadi aku tidak sunat saja ditempat yang banyak anak kecil
itu, kataku dalam hati. Jam menunjukkan pukul 19.30 aku melihat papan
nama sebuah klinik yang melayani penyunatan. Kali ini aku sudah bertekad
untuk tidak akan lari apapun yang terjadi, ini demi rasa sayangku pada
Ine, aku tidak mau mengecewakannya lagi. Dengan jantung berdegup
kencang, kudorong pintu kaca depan klinik dan.. thank god, tidakada
orang. Hanya ada seorang perawat, yang menurutku lumayan cantik,
beranjak menyambutku dan menanyakan keperluanku dengan ramah. Aku
menjawab "Emm, benar disini bisa sunat suster?"
"Oh betul sekali bapak. Nah, dimana anaknya yang mau disunat pak?" Tanya suster itu.
Waduh, sialan, pertanyaan yang aku sangat tidak suka. Terlebih lagi
untuk menjelaskan. "Engg, sebenarnya.... sebenarnya.." Aku merasa tidak
sanggup mengucapkannya, ingin rasanya lari lagi namun bayangan Ine yang
menangis tiba-tiba terlintas di benakku sehingga aku memutuskan untuk
menjawabnya. Ah terserah sajalah kata orang, batinku. "Sebenarnya saya
yang mau sunat sus.." There, selesai sudah, aku sudah berhasil
mengatakannya. Rasanya seperti beban 100kg sudah terangkat dari
pundakku.
Suster itu agak terkejut mendengarnya, yang membuatku lega, dia tidak
menertawakanku seperti bayanganku semula. Tidak lama kemudian dia masuk
kedalam untuk menemui dokternya, lalu kembali lagi kedepan menemuiku dan
berkata "Baik pak, dokternya sudah siap, silahkan masuk."
Akupun masuk kedalam ruang praktek dan.. aku kembali terkejut karena
dokternya seorang wanita. Wah, masak aku mesti buka-bukaan didepan cewek
selain Ine. Tetapi pikiran itu semakin memudar melihat sosok dokter itu
yang cantik, sangat cantik bahkan. Kalau kutaksir kira-kira umurnya
baru 23 mungkin 24, pastilah baru lulus dan buka praktek batinku, ukuran
dadanya... tidak terlalu kelihatan karena ia memakai jubah khas dokter
yang putih.
"Eee, dokter yang nanti......" Kata-kataku terputus. "Ya betul mas, saya
yang akan menyunat anda." Katanya sambil tersenyum ramah. Kemudian
dokter itu memintaku untuk melepas celana berikut celana dalamku. Wah,
aku degdegan juga karena harus mengekspos bagian pribadiku dihadapan
lawan jenis yang tidak kukenal. Perlahan tapi pasti, celana jeansku
beserta celana dalamku sudah terlepas sehingga kemaluanku kini
gandul-gandul dihadapan dokter tersebut. Dokter itu sendiri tidak
terlalu memperhatikan karena sibuk menyiapkan peralatannya. Baru
kemudian ia memandang penisku ini. Entah apa yang ada dibenaknya karena
kurasa, biasanya dia menyunat anak-anak, sekarang dia dihadapkan pada
penis pria dewasa.
Dokter wanita itu memintaku duduk di atas meja periksa dan kemudian dia
memakai sarung tangan lateks. Barulah kemudian kedua tangan dokter itu
menuju ke arah alat kelaminku. Waduh, aku kembali dagdigdug. Kemaluanku
ini kan bukan punyanya anak kecil. So, kalau dipegang-pegang, apalagi
oleh lawan jenis, pasti bakalan bangkit dari tidurnya. Benar saja,
sewaktu dokter itu memegang batang penisku, si junior langsung bangun
dan mengembang dengan cepat menuju ukuran maksimalnya, 18cm. dokter itu
terlihat terkejut sekali, entah itu terkejut karena adikku tiba-tiba
bangun, atau terkejut karena ukuran adikku yang lumayan besar. "Eeh,
maaf ya dok, ini... spontan soalnya." Kataku dengan senyum yang kecut.
"Oo, ee. nggak apa-apa kok." Dokter itu sepertinya juga salah tingkah,
mukanya memerah. Melihat itu, pikiran jorokku mulai bermain. Bagaimana
kalau dokter cantik ini kusuruh melakukan handjob. Tentu ia kaget waktu
tadi tahu pasiennya adalah pria dewasa. Nah, kalau kubilang bahwa aku
tidak tahu cara mengecilkan kembali penisku ini kemungkinan ia akan
percaya, apalagi hingga sebesar ini aku belum disunat.
"Mmmm, tapi saya tidak bisa mengkhitan kalau sedang.... begini." Kata
dokter itu padaku sambil sesekali memandang penis tegangku. "Lebih baik
mas.. ee.. keluarkan dulu di kamar mandi baru kita lanjutkan." Tambah
dokter itu lagi. Akupun mulai aksi pura-pura bego, "keluarkan? Maksudnya
apa dok? Saya kan lagi nggak kebelet pipis." Jawabku dengan memasang
tampang yang sebego mungkin. "Ee.. bukan pipis maksud saya. Maksudnya
mas.. ee.. masturbasi dulu." Jawab dokter itu gugup. Nah, umpanku mulai
kena, batinku. "Mas.. apa dok, saya nggak ngerti. Setahu saya kalau lagi
begini ya didiamkan aja, ntar juga kecil lagi. Kalau pagi-pagi bangun
juga gitu dok, saya diemin aja." Jawabku bego dengan penis yang tetap
mengacung. "Memang caranya bagaimana dok?" Pancingku. "Ee.. ya, mas ..
ngg.. kocok itunya, nanti kalau sudah keluar, pasti mengecil." Jawab
dokter itu dengan muka yang kian memerah. Hatiku semakin girang, pasti
ia percaya kalau aku tidak tahu apa-apa tentang ini. "Bagaimana dok?
Aduhh, saya nggak ngerti. Atau, dokter aja deh yang keluarkan. Saya
takut soalnya saya bener-bener nggak ngerti soal ini." Tambahku. Dokter
itu tampak terperanjat dengan jawaban polosku tadi. Namun sepertinya ia
kehabisan akal untuk mengajariku cara masturbasi, dan ia juga tampak
tidak ingin berlama-lama dengan pasien yang satu ini. Akhirnya dokter
itu setuju untuk melakukan handjob. Hehehe, berhasil!! Batinku.
Pertama-tama, dokter itu menggenggam batang penisku dengan tangan
kirinya yang masih terbungkus sarung tangan lateks. Kemudian ia mulai
menggerakkan tangannya naik-turun. Ohh, gila, rasanya enak sekali.
Apalagi kemudian dokter itu memainkan kedua buah zakarku dengan tangan
kanannya yang, tentunya, juga masih bersarung tangan. Lalu, tangan
kanannya digunakan untuk merangsang bagian sensitif penis pria, yaitu
daerah dibawah kepala penis. Ahh, rasanya semakin nikmat, aku terkadang
sampai memejamkan mataku untuk menikmati sensasinya. Tidak seberapa
lama, cairan pelumas (cairan yang keluar jika pria terangsang) mulai
menetes dari lubang kencingku. Dokter itu menadahinya dengan tangan
kirinya sementara tangan kanannya yang mendapat giliran mengocok batang
penisku. Setelah seluruh cairan pelumas keluar. Tangan kanannya behenti
mengocok penisku dan tangan kirinya yang ada tetesan cairan tadi dipakai
untuk mengocok batang penisku. Woow, sensasinya bebeda karena lebih
licin rasanya. Nafasku mulai memburu, perjalanan menuju puncak sudah
mencapai tengahnya. Dokter itu tidak mengurangi ritme kocokannya
melainkan malah mempercepatnya, aah rasanya enak sekali apalagi karena
ada cairan tadi. Lima menit kemudian aku sudah tidak tahan lagi, sedikit
lagi sudah mencapai orgasme. "Aaaaaaa.. aaa." pekikku. Dan sedetik
kemudian "Aaahh... hhh... hhh." Muntahlah spermaku ke lantai tempat
praktek itu, sebagian mengenai pakaian dokter itu. Lega dan senang
sekali rasanya, apalagi karena dokter cantik ini bersedia memberiku
handjob, hehehe. Singkat cerita, akhirnya aku disunat juga, entah
memakai metode apa, dan dokter itu bilang bahwa lukanya akan sembuh
dalam waktu dua minggu. Sebelum pergi, aku menanyakan nama dokter itu,
ternyata namanya Ika. Ternyata lagi, aku salah mengira, umurnya ternyata
27. Heh, dua tahun lebih tua dariku, tapi kok kelihatannya masih sangat
muda, pastilah ia pandai merawat kecantikannya. Aku juga bertanya
apakah aku bisa datang kembali ke klinik itu untuk memeriksakan juniorku
dua minggu lagi.
Dalam waktu dua minggu itu pula aku berencana agar bisa melakukan yang
lebih. I mean, dokter ini sudah mau handjob, bagaimana kalau aku bisa
mendapatkan yang lebih dari itu. Dalam dua minggu itu pula, aku menolak
ajakan Ine untuk melanjutkan 'hidangan utama' yang belum sempat
dinikmati di hotel dulu. Aku bilang kepadanya bahwa penyembuhannya makan
waktu satu bulan setengah dan bahwa sebaiknya kami melakukannya setelah
menikah saja. Untung si Ine mau mengerti dan tidak ngambek lagi. (Lagi
lagi lagi) singkat cerita, dua minggu telah berlalu. Aku menunggu lagi
satu hari untuk memastikan bahwa juniorku ini sudah siap tempur. Hari
yang ditunggu tibalah juga, aku berangkat kembali ke klinik itu pada jam
yang serupa dengan terakhir kali aku ke sana. Harapanku, tidak ada
pasien yang mengantre. Dan... betul juga, hanya ada satu orang pasien
anak-anak dan bapaknya yang baru saja pergi meninggalkan klinik itu.
Aku menemui suster yang jaga. "E... bisa saya bertemu dengan dokter Ika?
Saya sudah bikin janji dua mingu yang lalu." Tanyaku. Suster itu
kemudian menuju ke ruang praktek dan tidak seberapa lama kemudian
kembali dan mempersilakanku masuk. Aku akhirnya masuk kedalam ruang
praktek. Dokter Ika menanyakan apakah ada keluhan pada kemaluanku. Aku
menjawab bahwa tidak ada keluhan dan tidak terasa sakit. Dokter Ika
kemudian menyatakan bahwa aku sudah sepenuhnya sembuh. "Ehh, tapi dok.
Begini.. Saya, dalam waktu dekat ini akan menikah. Engg, saya kan tidak
tahu apakah anu saya akan normal saja pas malam pertama." Pertanyaan
yang ngarang dan ngaco. "Begini saja mas, mas coba saja masturbasi dulu,
kalau tidak sakit kemungkinan tidak akan sakit waktu dipakai
berhubungan badan." Jawab dokter Ika dengan wajah yang sedikit memerah.
Mungkin karena mengingat yang tejadi dua minggu yang lalu. Aku kembali
mencari akal agar dia mau kuajak yang tidak-tidak. "Mmm, saya masih
takut dokter, bagaimana kalau nanti lukanya kambuh. Aduuuh, saya takut."
Jawabku beralasan. "Emm.. gimana kalau dokter aja yang...." Tambahku.
Ika hanya terdiam. Aku tidak ingin ia menjawab tidak sesuai keinginanku,
jadi aku langsung berjalan menuju meja periksa dan melepas bawahanku
sehingga bagian bawah tubuhku kini sudah tanpa sehelai benangpun. Sesuai
dugaanku, Ika terpaksa harus menuruti kemauanku. Iapun menuju meja
periksa dan kemudian langsung menggenggam batang penisku, tapi kali ini
tanpa sarung tangan, wow. Menerima sentuhan dari tangan wanita, kontan
penisku mengeliat dan bangun dari tidurnya. Dokter Ika kemudian tampak
tertegun, memang, setelah disunat juniorku tampak lebih garang. Ika
kemudian memeriksa bagian leher penis dan menyentuh-nyentuh disekeliling
diameternya untuk memastikan bahwa aku tidak merasakan sakit. Kemudian
ia mulai mengocok penisku. Ahh, memang enak sekali kalau disentuh oleh
lawan jenis. Kocokan tangannya mulai dipercepat, pasti tujuannya supaya
aku cepat keluar dan cepat pergi dari sini. Aku tahu itu, tapi aku tidak
akan membiarkannya terjadi. Saat ini posisiku duduk diatas meja periksa
sementara Ika duduk di kursi yang dihadapkan ke meja periksa itu
sehingga posisinya agak lebih rendah dariku. Akupun menggerakkan
tanganku menuju payudaranya yang terbalut jubah dokter dan kemeja hitam.
Tanpa basa basi, kuremas kedua payudaranya. Ikapun terkejut dan
melepaskan genggaman tangannya dari penisku. Kemudian kedua tangannya
disilangkan diatas dadanya. "Mas, apa-apaan sih.. emph!" Sebelum banyak
berkata-kata, kulumat dan kuhisap-hisap mulutnya. Kedua tangan Ika
mencoba mendorongku, tapi tidak cukup kuat untuk melakukannya. Dengan
tangan kiriku, kuremas sebelah payudaranya. Sementara tangan kananku,
meremas-remas bongkahan pantatnya dari luar rok kain berwarna hitam yang
dikenakan Ika. "Emmm... mmmhhh." Hanya itu yang terlontar keluar dari
bibir Ika yang sedang kucium dengan ganas. Perlahan kucoba memasukkan
lidahku kedalam mulutnya dan bermain-main dengan lidahnya, mungkin
karenasudah terangsang, Ika membalas pemainan lidahku, lidahnya juga
dimasukkan kedalam mulutku dan akupun langsung menghisap-hisapnya.
Jemari tanganku mulai bergerak lincah membuka satu demi satu kancing
kemeja Ika. Dan, aku tidak measakan penolakan darinya, berarti keadaan
sudah benar-benar aman nih, hehehe. Akupun melepaskan ciumanku dan Ika
tampak terengah-engah. Setelah kubuka semua kancing kemejanya segera
kulepas kemeja dan jubah dokternya, kemudian menyusul bra putih yang
dikenakannya. Wow, ternyata payudara dokter ini cukup sekal, kira-kira
seukuran dengan punya Ine. Kedua payudara Ika juga terlihat masih tegak
dan menantang. Tanpa buang-buang waktu, aku langsung mengulum sebelah
puting susu Ika sementara yang satunya lagi aku mainkan dengan tanganku.
"Ahh, ssshh.. mmmhh." Desah Ika. Tangan kananku yang bebas begerilya
kebelakang dan bergerak kebawah, melepas pengait dan resleting rok Ika.
Begitu sudah terbuka, rok hitam itupun meluncur bebas kebawah. Tangan
kanankupun leluasa meremas-remas pantat Ika yang terbungkus celana dalam
warna putih. Perlahan jemari tanganku kususupkan ke kemaluannya yang
ternyata sudah basah. Ok, tidak perlu menunggu lagi, segera kuturunkan
celana dalam itu sehingga Ika kini benar-benar telanjang bulat. Segera
kuangkat tubuhnya dan kubaringkan diatas meja periksa. Aku membuka
kaosku sehingga kini aku dan Ika sama-sama telanjang bulat.
Kukangkangkan kakinya lalu segera kuarahkan batang penisku yang sudah
tegang sekali menuju liang vaginanya. Kugesek-gesekkan terlebih dahulu
di permukaan vaginanya. Lalu, bless, batang penisku melesak dalam di
vagina Ika. "Aaa... masss.. pe.. lan." Desah Ika. Kudiamkan terlebih
dahulu penisku. Setelah beberapa saat, barulah kugerakkan maju mundur
diiringi dengan desahan Ika, si dokter cantik itu. Plok, plok! Suara
pahaku yang bertemu dengan pangkal paha Ika. Sambil bersenggama,
tanganku meremas-remas payudaranya dan terkadang memilin-milin
putingnya, sementara bibirku berulang kali menciumi bibir, pipi dan
leher Ika. Sepuluh menit berselang, nafas Ika semakin memburu dan tidak
lama kemudian, "Aa.. ahhh... aaahhh!" Ika mencapai orgasme. Kedua
matanya dipejamkan. Keringat deras membasahi tubuhnya. Kudiamkan sejenak
dan kubiarkan Ika menikmati orgasmenya. Lalu kubalikkan badannya dan
kumasukkan lagi penisku dalam posisi doggy style. Kusodokkan penisku
pelahan, namun kian lama kian cepat. "Ahhh, mass... ahh.. ach.. enak
mass!!" Racau Ika. Sekitar lima belas menit kami bercinta dalam posisi
ini, Ika kembali orgasme. "Achh.. mass.. aku keluar, ahh, aaaaaa!"
Kubalikkan lagi badannya dan kupompa terus karena aku juga merasakan
gelombang orgasme kian mendekat. Kupacu dan kupecepat sodokanku dan
"aaa.. aku mau kel.. luar." Aku hendak mencabut penisku untuk
memuntahkan sperma diatas perutnya, namun kedua kaki Ika tiba tiba
dilingkarkan disekeliling pinggangku dan "Ahh... hhh.. hhh!" Semburan
demi semburan sperma masuk kedalam rahim Ika. Aku merasakan suasana ini
sangat intim. Kudiamkan penisku didalam vagina Ika selama beberapa saat
dan kupagut bibirnya lalu kubisikkan thank you di telinganya. Ika hanya
tersenyum manis. Sangat manis. Sunguh hari yang sangat indah dan akan
selalu kukenang.
' SELAMAT DATANG DI TOKO ONLINE OBAT HERBAL "
BalasHapus' CLINIK CHUAN "
Call 082243627277 BBM 2608A38B
Call 082243632123 BBm 23B52414
OBAT ABORSI TUNTAS
OBAT PELANCAR HAID
OBAT PENGGUGUR KANDUNGAN
OBAT TELAT BULAN
OBAT ABORSI CYTOTEC
OBAT ABORSI AMPUH
JUAL SEGALA PRODUK OBAT KUAT
OBAT PEMBESAR PENIS